Blog Berita

Powered by Blogger.

Tuesday 14 February 2017

Sudah Resmi Diperkenalkan, Kenapa Kita Masih Susah Dapat Uang Rupiah Baru? Ternyata Ini Alasannya. Mau Tahu?



Bank Indonesia (BI) meluncurkan uang rupiah Tahun Emisi (TE) 2016 dengan gambar pahlawan baru.

Uang rupiah baru tersebut terdiri dari tujuh pecahan uang rupiah baru berbentuk kertas dan empat pecahan uang rupiah logam.

Uang rupiah kertas yang diterbitkan terdiri dari nilai nominal Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, Rp 2 ribu dan Rp 1.000.

Sedangkan uang rupiah logam terdiri atas pecahan Rp 1.000, Rp 500, Rp 200 dan Rp 100.

Peluncuran uang dengan desain unik dan menarik ini pun langsung disambut bahagia oleh masyarakat Indonesia. Uang rupiah baru ini pun telah menuai perhatian dari para pengguna media sosial.

Namun dalam peluncuran mata uang baru rupiah ini ternyata menjadikan pro dan kontra dikalangan netizen. Banyak yang mengatakan bahwa uang baru rupiah mirip dengan mata uang Tiongkok, Yuan.

Terlepas dari itu, ada fakta aneh tentang seputar uang rupiah baru TE 2016 ini. Yaitu tentang belum beredarnya di kalangan masyarakat.

Padahal dipikir-pikir uang rupiah baru tersebut sudah dilaunching sejak akhir tahun 2016 lalu.

Tapi kenapa uang desain baru belum juga muncul di kegiatan transaksi sehari-hari?

Nah inilah pertanyaan yang kerap menghantui di pikiran masyarakat.

Ternyata, Bank Indonesia memiliki alasan kuat di balik hal ini.

Mengutip TribunSolo.com, Bank Indonesia memang sengaja mengedarkan uang desain baru secara perlahan. Hal ini dilakukan demi menjaga keseimbangan inflasi.

Inflasi sendiri adalah proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi juga merupakan suatu proses meningkat harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar.

Jadi, apabila uang jumlah baru yang beredar melebihi batas uang lama yang ditarik, maka hal itu bisa mengakibatkan inflasi.

Dan yang merasakan dampaknya tentu saja kita, yaitu masyarakat.

Kita juga pastinya tidak mau seperti di era krisis moneter 1998.

Perpaduan antara kekacauan ekonomi di Asia Tenggara dan kacaunya politik di Indonesia membuat inflasi mencapai 77,8%.

Di saat itu, harga-harga langsung melambung tinggi, sementara pengangguran terus bertambah setiap hari.

Nah sekarang kamu sudah tahu bukan kenapa uang rupiah baru belum digunakan sepenuhnya. Jadi tak perlu resah apalagi iri karena teman-teman kamu sudah punya uang baru ya.

 
Atas